Langsung ke konten utama

Ulasan Buku “Planet Omar, Accidental Trouble Magnet” by Zanib Mian

  https://www.tulisanshinta.site/2023/10/ulasan-buku-planet-omar-accidental.html “…, but my dad said that Allah knows all the languages in the universe, so we can talk to him whenever we want to.” (page 178). Dikisahkan seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, bernama Omar. Ia hidup bersama keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu, adik laki-lakinya yang bernama Esa berusia 3 tahun, kakak perempuan bernama Maryam berusia 13 tahun. Keluarga Omar berasal dari Pakistan, dan mereka menetap di Inggris. Kedua orang tua Omar bekerja sebagai ilmuwan. Permasalahan muncul ketika sang ibu mendapatkan pekerjaan baru di kota lain. Omar sekeluarga harus pindah tempat tinggal. Hal ini yang membuat Omar gelisah sebagai anak laki-laki yang mulai remaja. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan rumah, sekolah barunya, dan tentu saja teman-teman barunya. Apakah Omar dan keluarganya berhasil beradaptasi dengan lingkungan rumah barunya? Apakah Omar memiliki teman di sekolah barunya? Bagaimana Omar menghadapi

Hadeuuuh...

Kukayuh sepedaku secepat mungkin. Secepat mungkin meninggalkan sekolah dan teman-teman belajarku.  Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang.  Aku harus segera tiba di rumah. Aku tidak mau ketinggalan lagi.

     Kali ini langit tampak cerah.  Matahari bersinar terik, awan putih berarak di bawah birunya langit. Sambil mengayuh cepat,  sesekali mata ini melihat ke atas,  memastikan tidak terjadi perubahan warna,  dari cerah menjadi mendung.
     Sudah lama kunantikan bermain layang-layang bersama dengan teman-teman di rumahku,  di lapangan di daerah tempat tinggalku.  Bermain layang-layang itu seru dan sungguh menyenangkan.  Kita harus bisa memperkirakan datangnya arah angin.  Kita harus bersabar datangnya angin, hingga akhirnya berlari sambil menarik layang- layang agar ia dapat segera naik dan terbang dengan megahnya.

masfikr.com

      Sudah banyak ide bermain layang-layang bersama teman dan sahabat sekomplek.  Tak sabar aku tuk segera membersihkan diri,  makan siang,  sholat,  lalu segera ke tempat berkumpulnya para pemain layang-layang, lahan kosong di dekat rumah Edo,  sohibku.

     Setiba di rumah,  segera ucapkan salam dan langsung memasuki rumah.  Terdengar suara sayup-sayup ibu menjawab salamku, seraya aku berjalan cepat menuju kamar. Kuletakkan tas ransel sekolah begitu saja di lantai. Mataku langsung mengarah ke atas rak buku-buku pelajaranku.

     Timbul rasa heran di benakku.  Tak terlihat sosok layang-layang kuning kesayanganku. Rasa penasaran mendorongku bergerak mendekati rak tersebut. Benar! Layang-layang kuning tak ada di tempat semestinya.  Segera kuperiksa sekeliling kamar,  sudut demi sudut,  kolong demi kolong,  hingga sela demi sela. Tak terlihat juga ujung layang-layang tersebut.

     Kecewa, sedih,  kesal,  dan lain-lain semua berkecamuk di kepala, dada,  hingga gigiku tanpa sadar saling gemeretak menahan geramnya hati ini. Kucoba menenangkan diri. Kuhirup napas dalam-dalam sambil duduk di pinggir kasur. Memikirkan kembali,  kemana terakhir layang-layang itu berada. Terus berpikir. Hingga akhirnya kuputuskan untuk membersihkan diri dan makan.

     Air sore hari benar-benar menyegarkanku. Segera kupakai baju main dan keluar dari kamar mandi. Kuintip dalam tudung saji yang ada di atas meja makan. "Hm...  Bunda masak apa ya hari ini?" tanyaku dalam hati. Tiba-tiba terdengar suara,  "SREKK, SREKK, SREEEKKK...!"

     "Hah!  Suara apa itu?" tanyaku dalam hati sambil menoleh ke arah datangnya suara tadi. Terdengar sekali lagi suara itu. Kali ini lebih pelan. Kuberanikan diri untuk mendekati arah suara. Berjalan pelan-pelan. Suara itu berasal dari bawah rak piring bunda. Kudekati lagi perlahan-lahan. Lalu kujongkok untuk melihat kolong rak piring tersebut.

      Terlihat di dalamnya ada seekor ibu kucing dengan tiga kucing anaknya masih kecil-kecil di bagian perutnya. Kulihat ada sebagian kertas warna kuning di bawah mereka,  tempat Kucing-kucing itu berada. "Hah Mociiiii!  Kenapa melahirkan di situ?!!" jeritku sambil memegang kepala dengan kedua tangan. Terdengar langkah ibu bergerak cepat mendekatiku. "Hadeuuuh...," keluhku. 

#TantanganODOPke-2
#TantanganODOP
#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Super Blue Blood Moon

Tribunnews.com Berita akan terjadinya gerhana bulan hari ini (Rabu, 31 Januari 2018) sudah tersebar sejak 3-4 hari yang lalu. Teman-teman kecilku di kelas 5 Salman Al Farisi sudah sibuk membincangkannya. Aku pun yang tadinya hanya menganggap sebagai suatu fenomena alam yang biasa terjadi, lambat laun mulai tertarik untuk mengintip secuil informasi mengenai ini. Tahukah kamu kalau fenomena gerhana bulan saat ini adalah kejadian fenomena alam yang luar biasa? Kali ini bulan akan tampak lebih besar daripada biasanya, terjadi gerhana bulan penuh,  serta warnanya merah seperti darah akibat bias dengan cahaya matahari. Bulan pada saat ini benar-benar menunjukkan keelokannya. Tiada yang dapat menandingi kecantikannya ditengah temaramnya malam. "Langit boleh gelap. Namun aku akan senantiasa memberikan secercah cahaya pada kegelapan," ungkap sang Super Blue Blood Moon. 😁 Kita,  sebagai makhluk bumi yang terpisahkan jarak dan waktu dengan sang bulan hanya bisa menikmati sa

Pustakawan dan Laptop Asus Vivobook 14X OLED

Memasuki tahun ajaran baru menjadi tantangan setiap tenaga pendidik di sekolah-sekolah. Mengenalkan kembali adab-adab dalam menuntut ilmu, adab kepada guru, adab bermain, termasuk juga adab dalam menjaga lingkungan sekolah merupakan materi yang harus disampaikan pertama kali pada siswa di awal kedatangan dan sepanjang perjalanan pembelajaran. Tantangan ini tidak hanya menjadi milik tenaga pendidik saja, tapi juga tenaga kependidikan, termasuk saya, seorang pustakawan. Sebagai seorang pustakawan, terutama pustakawan sekolah dasar, ada rasa tanggung jawab untuk melatih keterampilan literasi peserta didiknya bersama para tenaga pendidik lain. Perpustakaan menjadi sarana pendukung pembelajaran di kelas. Dengan adanya Kurikulum Merdeka, perpustakaan semakin berperan penting dalam memperlancar proses pembelajaran ini. Pustakawan menyiapkan media-media yang dapat meningkatkan keterampilan literasi seluruh warga sekolah, yakni siswa, guru, kepala sekolah, juga tenaga administrasi dan tenaga pe

Review Buku Sketsa Negeri Para Anjing

  Judul: Sketsa Negeri Para Anjing Penulis: Shabrina Cetakan pertama: Rabiul Akhir 1427 H/ Mei 2006 Penyunting: Sakti Wibowo dan Nurul Hidayati Desain Cover: Arif Yunur Rivan Illustrasi Cover: Ferly Leriansyah Penerbit: Lini Zikrul Remaja (Zikrul Hakim), Jakarta Jumlah Halaman: 160 halaman, uk. 11,5 x 17,5 cm ISBN: 979-9140-34-x      Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang sarat dengan nilai religi. Pesan religi disampaikan oleh penulis melalui kisah-kisah yang melekat dalam kehidupan sehari-hari kita. Tak luput pula penulis menyampaikan dengan plot twist yang berbeda-beda. Terkadang membuat pembaca berpikir, siapakah sosok utama dari tokoh yang diceritakan cerpen tersebut.      Diawali dengan kisah seorang ibu guru baru mendaftar ke sebuah sekolah. Namanya adalah Bu Brin. Ia diamanahi mendidik anak berkebutuhan khusus. Dengan berbekal pengalaman mengajar di sekolahnya terdahulu, ditambah dengan kesabaran dan doa yang terus menerus diucapkan, akhirnya Allah membukak