Langsung ke konten utama

Ulasan Buku “Planet Omar, Accidental Trouble Magnet” by Zanib Mian

  https://www.tulisanshinta.site/2023/10/ulasan-buku-planet-omar-accidental.html “…, but my dad said that Allah knows all the languages in the universe, so we can talk to him whenever we want to.” (page 178). Dikisahkan seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, bernama Omar. Ia hidup bersama keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu, adik laki-lakinya yang bernama Esa berusia 3 tahun, kakak perempuan bernama Maryam berusia 13 tahun. Keluarga Omar berasal dari Pakistan, dan mereka menetap di Inggris. Kedua orang tua Omar bekerja sebagai ilmuwan. Permasalahan muncul ketika sang ibu mendapatkan pekerjaan baru di kota lain. Omar sekeluarga harus pindah tempat tinggal. Hal ini yang membuat Omar gelisah sebagai anak laki-laki yang mulai remaja. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan rumah, sekolah barunya, dan tentu saja teman-teman barunya. Apakah Omar dan keluarganya berhasil beradaptasi dengan lingkungan rumah barunya? Apakah Omar memiliki teman di sekolah barunya? Bagaimana Omar menghadapi

Nayla dan Origami Ajaib


www.pexels.com
Sumber foto : www.pexels.com 

Tersebutlah sebuah kota di tengah pegunungan. Kota yang tenang dan setiap penduduk memiliki tugasnya masing-masing. Tinggalkan seorang anak perempuan dengan ayah,  ibu,  dan kakak laki-laki ya di salah satu sudut kota tersebut.

Anak perempuan itu bernama Nayla.  Ia suka sekali menggambar dan membuat kreasi origami. Ayahnya selalu membelikannya kertas-kertas origami setiap pulang kerja. Nayla tidak pernah bosan berkreasi dengan pensil dan kertas origaminya.

Suatu ketika, sepulang dari sekolah tas Nayla jatuh ke salah satu lubang di jalan yang penuh dengan air. Tas Nayla semua. Ia segera mengangkat tas tersebut dan memeriksa bagian dalam.

Betapa sedihnya Nayla mengetahui buku-buku pelajaran dan catatannya basah semua,  termasuk kertas -  kertas origami juga.  Bagaimana Nayla busa berkreasi jika kertas-kertas tersebut basah? Nayla juga memeriksa tempat pensilnya.  Alhamdulillah tempat pensilnya terbuat dari kayu sehingga isinya aman dari air.

Dengan perasaan sedih yang mendalam,  Nayla tetap membawa tasnya yang sudah basah terkena lumpur beserta isinya pulang ke rumah.  Langkahnya sudah tidak semangat.  Tidak seperti ketika pagi hari ia berangkat sekolah.

Sesampainya di rumah,  ibu langsung menyambutnya. "Lho,  kenapa anak Ibu pulangnya murung? “ tanya ibu dengan sedikit menggoda Nayla.
" Tasku jatuh. Isinya basah semua. Origaminya juga," jelas Nayla sambil menahan tangis.
"Oh ya? Coba sini Ibu lihat." Nayla langsung memberikan tas yang masih basah dan penuh lumpur pada ibunya.

Ibu langsung mengeluarkan seluruh isi tas Nayla.  Buku-buku basah sebagian,  tempat pensil,  sebagian kertas-kertas gambar Nayla,  dan origami tentunya.  "Origaminya masih dalam plastik. Ini plastiknya yang basah.  Origaminya ada uang kena air sih sedikit. Tapi bisa kering kok,"  jelas ibu pada Nayla yang sudah tampak putus asa.

"Yuk kita jemur di sana.  Nanti kalau sudah kering,  bisa kamu mainkan lagi,  Nayla, " lanjut ibu sambil membeli kepala anak perempuan satu-satunya. Nayla pun langsung tersenyum mendengar penjelasan ibu.  Ia langsung mengambil origami untuk dijemur. Kemudian, ia meletakkan tasnya yang sudah kotor dan basah ke dalam ember yang berisi air untuk dicuci.

Melihat hal itu,  tiba-tiba origami berkata pada Nayla,  "tenang Nayla kami kan origami ajaib. Kami tidak mudah dirusakkan begitu saja. Kamu pasti bisa bermain lagi bersama kami. Lihat saja." Nayla tersenyum mendengar hal itu.

Sore telah menjelang.  Nayla langsung memeriksa origaminya. Benar saja.  Origami tersebut sudah tidak basah lagI. Nayla sudah bisa melipat dan membuat kreasi dengan kertas tersebut.

Nayla sudah tidak sedih lagi. Nayla hari itu mendapat pelajaran,  bahwa ternyata bila kita ada masalah,  dan masalah itu kita laporkan pada orang tua kita dengan kepala dingin , pasti akan ditemukan jalan keluarnya. Nayla senang ia masih bisa berkreasi dengan origami dan pensilnya.


Day 30
#TantanganODOP
#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Super Blue Blood Moon

Tribunnews.com Berita akan terjadinya gerhana bulan hari ini (Rabu, 31 Januari 2018) sudah tersebar sejak 3-4 hari yang lalu. Teman-teman kecilku di kelas 5 Salman Al Farisi sudah sibuk membincangkannya. Aku pun yang tadinya hanya menganggap sebagai suatu fenomena alam yang biasa terjadi, lambat laun mulai tertarik untuk mengintip secuil informasi mengenai ini. Tahukah kamu kalau fenomena gerhana bulan saat ini adalah kejadian fenomena alam yang luar biasa? Kali ini bulan akan tampak lebih besar daripada biasanya, terjadi gerhana bulan penuh,  serta warnanya merah seperti darah akibat bias dengan cahaya matahari. Bulan pada saat ini benar-benar menunjukkan keelokannya. Tiada yang dapat menandingi kecantikannya ditengah temaramnya malam. "Langit boleh gelap. Namun aku akan senantiasa memberikan secercah cahaya pada kegelapan," ungkap sang Super Blue Blood Moon. 😁 Kita,  sebagai makhluk bumi yang terpisahkan jarak dan waktu dengan sang bulan hanya bisa menikmati sa

Pustakawan dan Laptop Asus Vivobook 14X OLED

Memasuki tahun ajaran baru menjadi tantangan setiap tenaga pendidik di sekolah-sekolah. Mengenalkan kembali adab-adab dalam menuntut ilmu, adab kepada guru, adab bermain, termasuk juga adab dalam menjaga lingkungan sekolah merupakan materi yang harus disampaikan pertama kali pada siswa di awal kedatangan dan sepanjang perjalanan pembelajaran. Tantangan ini tidak hanya menjadi milik tenaga pendidik saja, tapi juga tenaga kependidikan, termasuk saya, seorang pustakawan. Sebagai seorang pustakawan, terutama pustakawan sekolah dasar, ada rasa tanggung jawab untuk melatih keterampilan literasi peserta didiknya bersama para tenaga pendidik lain. Perpustakaan menjadi sarana pendukung pembelajaran di kelas. Dengan adanya Kurikulum Merdeka, perpustakaan semakin berperan penting dalam memperlancar proses pembelajaran ini. Pustakawan menyiapkan media-media yang dapat meningkatkan keterampilan literasi seluruh warga sekolah, yakni siswa, guru, kepala sekolah, juga tenaga administrasi dan tenaga pe

Review Buku Sketsa Negeri Para Anjing

  Judul: Sketsa Negeri Para Anjing Penulis: Shabrina Cetakan pertama: Rabiul Akhir 1427 H/ Mei 2006 Penyunting: Sakti Wibowo dan Nurul Hidayati Desain Cover: Arif Yunur Rivan Illustrasi Cover: Ferly Leriansyah Penerbit: Lini Zikrul Remaja (Zikrul Hakim), Jakarta Jumlah Halaman: 160 halaman, uk. 11,5 x 17,5 cm ISBN: 979-9140-34-x      Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang sarat dengan nilai religi. Pesan religi disampaikan oleh penulis melalui kisah-kisah yang melekat dalam kehidupan sehari-hari kita. Tak luput pula penulis menyampaikan dengan plot twist yang berbeda-beda. Terkadang membuat pembaca berpikir, siapakah sosok utama dari tokoh yang diceritakan cerpen tersebut.      Diawali dengan kisah seorang ibu guru baru mendaftar ke sebuah sekolah. Namanya adalah Bu Brin. Ia diamanahi mendidik anak berkebutuhan khusus. Dengan berbekal pengalaman mengajar di sekolahnya terdahulu, ditambah dengan kesabaran dan doa yang terus menerus diucapkan, akhirnya Allah membukak