https://www.tulisanshinta.site/2023/10/ulasan-buku-planet-omar-accidental.html “…, but my dad said that Allah knows all the languages in the universe, so we can talk to him whenever we want to.” (page 178). Dikisahkan seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, bernama Omar. Ia hidup bersama keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu, adik laki-lakinya yang bernama Esa berusia 3 tahun, kakak perempuan bernama Maryam berusia 13 tahun. Keluarga Omar berasal dari Pakistan, dan mereka menetap di Inggris. Kedua orang tua Omar bekerja sebagai ilmuwan. Permasalahan muncul ketika sang ibu mendapatkan pekerjaan baru di kota lain. Omar sekeluarga harus pindah tempat tinggal. Hal ini yang membuat Omar gelisah sebagai anak laki-laki yang mulai remaja. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan rumah, sekolah barunya, dan tentu saja teman-teman barunya. Apakah Omar dan keluarganya berhasil beradaptasi dengan lingkungan rumah barunya? Apakah Omar memiliki teman di sekolah barunya? Bagaimana Omar menghadapi
Sumber foto : www.pexels.com |
"Mana istri / suamimu?“ Pertanyaan ini akan keluar, bila tampak hanya sendirian. Atau yang paling trending adalah, " sudah nikah belum?" 😬
Pertanyaan-pertanyaan ini akan sering diajukan kepada orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan, di usia 30-39 tahun. Usia yang dianggap oleh khalayak umum sebagai usia yang harusnya sudah berkeluarga, mapan, dan lain sebagainya.
Namun, tahukah kamu bahwa 9 dari 10 orang merasa pertanyaan tersebut menimbulkan stres besar dalam hidup mereka?
Menurut Karel Karsten Himawan, seorang calon doktor dari Universitas Queensland Australia, dalam penelitiannya bahwa stigma jomblo pada wanita lebih memberikan tingkat stres lebih tinggi daripada pada pria. Khalayak umum lebih menerima bila pria masih sendiri di usia mapannya dikarenakan mereka sedang berusaha memapankan dirinya hingga layak tuk menikah kelak.
Meskipun demikian, Karel menemukan dalam penelitiannya di Indonesia bahwa, orang-orang jomblo ini memiliki sikap positif terhadap pernikahan. Mereka yang pada akhirnya menikah bukan hanya sekedar melepaskan diri dari tekanan sosial.
Selain itu, mereka menunda menikah karena adanya tradisi hipergami (menikahi seseorang dengan status sosial yang lebih tinggi), sehingga mereka berusaha meningkatkan kita dirinya menjadi lebih baik. Dan di zaman sekarang ini, dimana adanya kesamaan gender dalam menerima pendidik, semakin sama jumlah orang yang berpendidikan laki-laki maupun perempuan.
Jadi, selama kita masih bisa menjaga perilaku kita sebagai orang dewasa sesuai dengan etika dan ajaran agama di lingkungan kita, jomblo tidaklah masalah. Bukan kah begitu? 😊
Sumber :
http://www.thejakartapost.com/amp/life/2018/02/23/singles-in-indonesia-are-considered-in-trouble-and-under-social-pressure-study.html
Day 32
#TantanganODOP
#Onedayonepost
#ODOPbatch5
Komentar
Posting Komentar