https://www.tulisanshinta.site/2023/10/ulasan-buku-planet-omar-accidental.html “…, but my dad said that Allah knows all the languages in the universe, so we can talk to him whenever we want to.” (page 178). Dikisahkan seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, bernama Omar. Ia hidup bersama keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu, adik laki-lakinya yang bernama Esa berusia 3 tahun, kakak perempuan bernama Maryam berusia 13 tahun. Keluarga Omar berasal dari Pakistan, dan mereka menetap di Inggris. Kedua orang tua Omar bekerja sebagai ilmuwan. Permasalahan muncul ketika sang ibu mendapatkan pekerjaan baru di kota lain. Omar sekeluarga harus pindah tempat tinggal. Hal ini yang membuat Omar gelisah sebagai anak laki-laki yang mulai remaja. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan rumah, sekolah barunya, dan tentu saja teman-teman barunya. Apakah Omar dan keluarganya berhasil beradaptasi dengan lingkungan rumah barunya? Apakah Omar memiliki teman di sekolah barunya? Bagaimana Omar menghadapi
Episode 3
Hujan mulai reda. Tubuh si kucing mungil pun sudah kering. Ia tampak girang sekali. Bermain tangkap-tangkap benang yang digoyangkan oleh Sisi. Menangkap bola yang digelindingkan oleh Zaki.
Sesekali terdengar suara riuh dan gelak tawa dari mulut Zaki dan Sisi. Mereka sangat suka sekali dengan kucing. Tiba-tiba Zaki teringat sesuatu.
"Hei, yang ditanya sama Ibu kan siapa yang mau urus kucing ini... Kita saja yang urus, bagaimana? " tanya Zaki meminta persetujuan Sisi.
" Kakak tahu cara urus kucing? Kalau dia sakit bagaimana? " tanya Sisi ragu dengan ide sang kakak.
" Yaa... Jangan sampai sakit lah. Kita kasih dia makan, kita bersihin badannya pakai air hangat, trus boboknya... Dimana ya tidurnya? " tanya Zaki nyengir sambil menggaruk kepala tanda sudah kehabisan ide.
" Kita bikin aja Kak pakai kardus. Kayaknya di gudang masih ada kardus agak besar deh," Sisi berusaha mengingat letak kardus yang ia maksud.
"Oh iya, bener juga ide mu, Si. Nanti kardusnya kita rekatkan dengan lakban, trus kita bungkus pake baju bekas Kakak." Zaki menyetujui ide sang adik. "Bagian dalamnya juga kita kasih kain, supaya lebih hangat."
"Lalu, kardusnya kita taro mana, Kak? Kalau di luar nanti kebasahan, kena hujan," ujar Sisi mengingatkan. "Trus, pupnya bagaimana? “
Zaki pun terdiam sejenak. Memikirkan jawaban pertanyaan adiknya. Hmmm... Benar juga. Dimana ya? Zaki memutar otak. Dilihatnya sekitar, Zaki belum bisa memutuskan posisi kardus si kucing mungil. Begitu juga untuk pembuangan kotorannya.
Zaki menarik nafas dalam-dalam. Sepertinya memang rumahnya tidak bisa digunakan untu memelihara kucing di dalam rumah. Zaki melihat Sisi menatap dirinya, menunggu jawaban. Namun ia hanya bisa memberi jawaban berupa mengangkat bahu saja.
Sisi pun murung kembali melihat jawaban dari kakaknya. Ia memainkan kembali tali yang dipegangnya agar di tangkap oleh si kucing mungil. Sang kucing pun dengan senang hati berusaha menangkap tali yang digoyangkan itu. Ia tampak bergerak lincah.
Bersambung....
Day 45
Eps 3
#TantanganODOP
#Onedayonepost
#ODOPbatch5
Anak2 cerdas ini...
BalasHapus